Selasa, 23 April 2013

Ajari Aku Cinta, Karena Aku Laki-laki Biasa



Ajari Aku Cinta, Karena Aku Laki-laki Biasa

17 November 2010

Suara takbir masih menggema dari corong-corong masjid. Selapas ashar , Sesuai dengan rencana yang telah dijanjikan sebelumnya antara aku dan Rony temanku. Bau semerbak menyeruak terbawa angin, bau sedap daging terbakar. Idul Qurban banyak sekali orang yang menyatai daging. Sore ini aku akan diperkenalkan dengan seorang akhwat, Rony sebagai mak comblang atau perantara antara aku dengannya. Ada debar yang terus bergemuruh dalam hatiku, saatnya akan tiba. Sesuatu yang akan kubangun atas nama cinta. Bukan sembarang cinta yang selalu diumbar oleh banyak orang. Ta’aruf atau perkenalan ini adalah jembatan penyebrangan untuk menyatukan dua hati bila kelak memang berjodoh. Perkenalan yang menyatukan kesamaan visi dan misi tentang penyempurnaan separuh agama. Aku ikhlas menjalani ini semua.


Perkenalan yang singkat. Memperkenalkan nama dan latar belakang masing-masing. Rasanya peluh terus bercucuran mengingat baru pertama kali ini aku mencoba untuk berpegangan dengan kesempurnaan yang akan aku jalani. Dengan malu-malu dengan disaksikan perantara diantara kami masing-masing, sesekali mataku bertemu pandang dengannya. Begitu teduh, begitu sejuk, tetapi kami gegas menundukkan padangan kami masing-masing. 

Aku tak pernah mengenal kata cinta, sehingga sulit rasanya mengartikan getar yang tiba-tiba menjalari hatiku. Aku tak pernah tau arti pandangan penuh cahaya yang menemani pandanganku tadi. Yang aku tau hari ini aku mengenal seorang perempuan sederhana bernama Surya Hayani.

Angin lebaran haji sore itu menebarkan berbagai aroma memikat. Corong-corong masjid masih terus mengumandangkan takbir, tahlil, dan tahmid memuji keagungan serta kebesaran Illahi, suara indah itu makin indah ketika menyelusup lembut ke dalam sanubari.

05 Juni 2011

“Seharusnya kamu sudah memikirkan rencana berumah tangga, Nak”

“Kedua adik kamu sudah menikah bahkan masing-masing sudah mempunyai anak, kamu kapan lagi. Secara usia kamu sudah cukup matang untuk membina sebuah keluarga dan kamu juga sudah bekerja. Emak ingin kamu cepat mencari calon pendamping”

Aku teringat semua pesan Emak kepadaku. Waktu itu aku hanya menjawab enteng dengan mengatakan bahwa mungkin aku belum ada jodoh. Sebenarnya malu juga sampai dengan umur kepala tiga, aku masih saja hidup membujang. Merana bila mengingat pembicaraanku sama Emak tempo hari. Semua mimpiku tentang menjalin hubungan serius tanpa harus melalui pacaran sepertinya banyak sekali halangan, tetapi hal ini tidak terlalu menggangguku. Aku mempunyai keyakinan bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatunya berpasangan, siang malam, tangis bahagia, laki-laki perempuan, bukankah semua itu berpasangan. Aku yakin jodohku sudah ditetapkan oleh-Nya, hanya menunggu waktu dan pematangan sikap saja, pasti aku akan mendapatkan pasangan hidup.

Lama setelah ta’aruf yang kulakukan, tidak ada lagi kontak langsung sering-sering. Aku disibukkan dengan segala tanggung jawabku dalam pekerjaan. Bukannya aku bermaksud hendak melupakan hal itu, tetapi aku hanya perlu memantapkan hatiku untuk memulai hal yang baru dalam hidupku. Sesekali aku masih datang kerumah Surya Hayani dan sesekali juga aku membalas pesan singkat yang datang kepadaku.

Pesan-pesan itu selalu membawa hatiku pergi hendak berlari menyatukan diriku padanya. Ingin rasanya aku memasang kembali rusukku yang hilang hingga sempurna susunannya. Aku seperti pungguk merindukan bulan. Tanganku tak sampai memeluk gunung. Aih, aku bujang lapuk. Takut sekali aku mendengar ucapan yang mungkin bisa saja melekat pada diriku. Hendak kemana aku membawa sekeping hatiku ini. Hanya pada Allah aku terus mengadu dalam sujud malamku yang panjang. Tak henti aku berdoa dan berikhtiar demi mencari cinta yang hakiki, bukan hanya karena nafsu belaka. Tak lelah, meski terkadang ada saja cobaan yang menggangguku.

Rasanya aku malu menjawab pertanyaan Rasulullah SAW yang ini “Apa yang menghalangi seorang mukmin untuk mempersunting istri?

24 Oktober 2012

“Perkenalan kita telah berlangsung hampir dua tahun sudah. Sungguh bila benar engkau jodohku, aku akan tetap menunggu meski terkadang perih penantian ini”

Pesan singkat Ukhti Yani, begitu aku menyebutnya, terasa menohok hatiku. Aku tahu mungkin dia menangis dalam penantian panjangnya. Berdosa rasanya bila terus membiarkan hal ini terjadi. Aku tetap meniatkan hatiku untuk menyempurnakan separuh agamaku. Aku ingin juga masuk dalam barisan sebagai ummatnya Muhammad SAW. Aku tidak mau masuk kedalam keadaan mati yang dalam kehinaan, Rasul bersabda “Orang meninggal diantara kalian yang berada dalam kehinaan adalah membujang”.

Aku terus memikirkan pesan singkat itu, istikharahku semakin aku tingkatkan. Aku tidak mau lagi main-main dengan perasaanku sendiri juga perasaan perempuan yang telah diperkenalkan kepadaku. Karena jujur sesungguhnya hatiku telah terpaut padanya, hanya saja aku belum mau mengambil keputusan. Allah-lah sebagai penentu segala keputusan yang terjadi dalam hidupku. Aku ikhlas dan bersabar menunggu ketentuan itu.

Allah bila cintanya adalah penyejuk dan penuntutku untuk terus beribadah kepada-Mu serta menjauhkanku dalam kemaksiatan, maka tuntunlah hatiku dan hatinya untuk menuju keridhoan-Mu.

20 November 2012

“Kak, besok kita cari-cari barang untuk parcel ke Ramayana saja ya, jangan siang-siang banget”

Ah lama penantian ini, akhirnya mimpi itu datang dan jadi nyata “Iya”

Hujan menderas, kata orang bulan dipenghujung tahun emang cocok untuk melangsungkan pernikahan. Biar banyak rejeki dan cepat mendapatkan momongan. Aku hanya berserah diri pada yang Maha Kuasa tak terlalu mendengarkan segala macam pendapat orang lain. Segala sesuatunya sudah mulai kupersiapkan, fotocopy akta kelahiran, kartu keluarga, ktp dan pas foto.

Kini ku-menemukan belahan jiwaku. Jawaban dari sujud panjangku. Iktiar ini berbuah manis. Desember seakan terus memanggil namaku dengan lembut untuk segera mendekat. Desember ingin menjadi saksi bisu sebuah upacara sakral yang menyatukan dua hati karena Allah. Hujan seakan menciptakan harmoni yang indah. Rinduku melaku. Langkah-langkah ini kian pasti. Kesempurnaan cinta ini tinggal menunggu hari. Benar kata orang menunggu adalah hal yang paling membosankan. Aku ingin cepat meminang bidadariku. Setengah cinta ini tak lagi sendiri, akan ada setengahnya lagi yang akan menyatu. Wajahku merah stroberi.

Aku hanya tersenyum sabit ketika membaca pesan singkat yang manis dari calon penghuni hatiku “Sudah gak sabar menyambut hari bahagia bersamamu”

Selamat datang Desember
Selamat datang kebahagiaan
Barakallah


23 Desember 2013

Pagi cerah hari ini begitu berkesan dalam hidupku. Sebentar lagi aku akan melepaskan masa lajangku. Sebentar lagi aku akan tahu bagaimana keindahan cinta yang selalu diagungkan banyak orang. Sebentar lagi aku adalah nakhoda mengarungi biduk rumah tangga. Sebentar lagi aku adalah pemimpin buat keluarga kecilku. Yah, sebentar lagi semuanya akan berubah.

Segala persiapan untuk hari ini telah sempurna. Mahar emas dan seperangkat alat sholat telah siap kuberikan. Parcel beraneka bentuk miniatur mulai dari megahnya masjid emas, kelinci, kucing, sekumpulan imut cumi-cumi, ular yang manja, dan juga bunga-bunga serta berbagai macam kue untuk hantaran telah siap semua.

Masjid Baiturrohim jadi saksi, di masjid hijau inilah aku mengikrarkan janji suci. Mistaqan-ghalizha, perjanjian yang sangat berat, karena janji ini adalah disaksikan oleh Allah. Rumah tangga ini nantinya harus dipertanggung jawabkan. Aku berdoa untuk terus dipermudahkan dalam segala urusan kedepannya.
Getar bibir dan gemuruh hati ini ketika aku mengucapkan ijab kabul. Segala kesaksian pengesahan ini adalah satu tangga untuk aku dan istriku menuju keberkahan yang indah. Aku hanya ingin kelak cinta ini hanya karena Allah semata.

Barakallahulaka wabaraka’alaika wajama’abainakumma fii khoir”

Ajari aku cinta, karena aku laki-laki biasa
Sedangkan engkau perempuan sempurna rusukku

Ajari aku cinta, maka jagalah hatiku
Juga hatimu hanya karena Allah semata


Bandar Jaya, 22 April 2013

Happy Wedding Anniversary ke-8 semoga pernikahannya selalu penuh berkah dari Allah hingga kakek nenek sampai ajal menjemput dan dipertemukan kembali di surganya Allah serta semoga melahirkan generasi qur’ani sebagai penegak kalimat tauhid di muka bumi. Amin.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Give Away Ajari Aku Cinta 












4 komentar:

  1. terima kasih doanya, aduuh, senangnya ya udah manten baru, apalagi entar lagi mau punya momongan.semoga menjadi keluarga sakinah ya

    BalasHapus
  2. yan nggak ngenalin istrinya ama bunda..apa lagi udah mau punya momongan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyah bunda, kangen. bunda kemana aja. ayah sehat kan dan smw sehat juga ya

      Hapus