Tiap kali ada informasi tentang kelas
menulis saya selalu antusias dan berusaha mengikutinya, karena bagi saya saat
ini kelas menulis atau komunitas menulis adalah tempat yang sangat cocok untuk
saya mengasah kemampuan dalam menulis. Terlebih sudah beberapa bulan ini,
rasanya saya sedang terkena sydrom malas yang sangat akut. Kelas menulis juga
bisa dijadikan ajang wisata menulis sekaligus ajang silaturahim sesama penulis.
Di kelas menulis kita bisa saling bertanya tentang masalah-masalah dalam
menulis. Selain itu tentunya kita akan dapat ilmu dan kenalan baru.
Hujan deras tanpa spasi panjang terus
menghiasi kota kelahiranku. Informasi kelas menulis yang diadakan oleh FLP
Wilayah Lampung yang berlokasi di Aula Pertemuan Kantor Lampung Post digelar
minggu ini. Suasana dingin seperti ini enaknya adalah bergelut dengan selimut
tebal dan tidur seharian, apalagi hari libur dan dalam keadaan berpuasa pula.
Tetapi demi menambah ilmu, akhirnya saya putuskan untuk mengikuti acara
tersebut. Ramadan adalah bulan tarbiyah, artinya bila seseorang menuntut ilmu
di bulan ini maka akan bertambah pahalanya dan bertambah pula pengetahuan
tentunya. Amin.
Halangan cuaca tak menyurutkan niatku untuk
menimba ilmu yang akan kudapatkan nantinya. Ada ungkapan yang sering kita
dengar bahwa tuntutlah ilmu dari
buaian sampai ke liang lahat. Bahkan baginda Rasul SAW pernah mengatakan
bahwa orang yang menuntut ilmu akan dimudahkan ke surga
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا ، سَهَّلَ اللَّهُ بِهِ طِرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا ، سَهَّلَ اللَّهُ بِهِ طِرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barang siapa merintis jalan mencari
ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga “ (HR. Muslim)
Acara sudah dimulai ketika saya sampai.
Sebelumnya Mba Naqy sudah memberitahukan tempat pertemuannya. saya disambut bang
Adian dan dipersilakan masuk olehnya. Pertemuan kali ini bisa saya anggap
istimewa karena pematerinya datang dari Perancis. Sebenarnya beliau asli
Indonesia yang kebetulan tinggal di negeri yang terkenal dengan maskotnya yaitu
Menara Eifel, Rosita Sihombing namanya.
Materi-materi yang dipaparkan tetntunya
berkaitan dengan menulis. Beliau juga menceritakan pengalaman - pengalamannya
selama di negeri Napoleon Bonaparte itu. Suka dan duka juga jadi bagian kisah
yang tak terlewatkan bagaimana hidup di negeri orang. Dari pengalamannya
tersebutlah maka dia mampu menuliskannya dalam sebuah buku (salah satu bukunya
yang sudah saya baca berjudul “Paris : Lumiere de l'amour).
Setelah pemateri memaparkan materi tentang
menulis dan pengalaman – pengalamannya, selanjutnya adalah bagian terpenting
menurut saya adalah pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta kelas
menulis. Secara garis besar semua pertanyaan yang dilontarkan peserta menulis
adalah sama yaitu bagaimana mengatasi hambatan-hambatan dalam menulis. Berikut
yang bisa saya rangkum :
Sering kali kita
mendapatkan satu ide yang menurut kita bagus, tetapi susah menuangkannya. Ini
kerap terjadi pada para calon penulis. Bila ide datang, maka cepatlah
dituliskan. Begitu jawaban singkat dari Rosita Sihombing. Setelah kita catat,
maka lanjutkanlah menulis dari modal dasar ide yang di dapat.
Banyak cara yang
bisa dilakukan oleh penulis untuk menghadapi masalah satu ini, yaitu dengan
banyak membaca negara yang akan kita jadikan tempat setting tulisan kita,
mencari informasi via internet atau jangan sungkan dan malu untuk banyak
bertanya pada orang yang tinggal disana.
Menurut pendapat
saya, pada saat kemandekan menulis terjadi maka yang perlu dilakukan oleh
penulis adalah dengan beristirahat sebentar. Istirahat dalam hal ini bisa kita
alihkan dengan kegiatan-kegiatan kecil seperti mendengarkan musik, membuka
facebook, blog atau informasi lainnya di internet, main game juga bisa
dilakukan asal jangan kebablasan. Hal ini bertujuan untuk merefresh kembali
pikiran kita agar tidak buntu dan jenuh.
Banyak membaca
sudah dilakukan, buku teori menulis habis dilahap dan sering ikut dalam
kegiatan tulis menulis bukan berarti bisa menjadikan orang tersebut bisa
menulis. Yang perlu dilakukan oleh seorang calon penulis adalah meluruskan niat
dan memantapkan hati serta hilangkan rasa malas.
Menurut pendapat
saya, waktu yang tepat untuk menulis adalah sekarang juga. Jadi apa yang kita
baca, dengar, dan kita pikirkan bisa langsung kita tulis. Di akhir sesi
pertanyaan ini Bang Adian memberikan sedikit tips dalam mensiasati hambatan
menulis yang satu ini yaitu beliau menyarankan untuk meluangkan waktu menulis 1
jam dalam sehari selama 25 hari, terserah kapan waktu yang enak menurut
kehendaknya masing-masing. Hal ini bertujuan untuk mengatur kebiasaan alam
bawah sadar kita agar bisa menulis secara berkelanjutan.
Finaly, secara
jujur saya katakan bila mengikuti suatu acara apa pun termasuk dalam kelas
menulis adalah adanya door prize. Hal ini bisa menjadikan peserta penulis tidak
bosan dan tetap bersemangat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan semacam ini
selanjutnya. Alhamdulillah dari semua hadiah yang ada saya kebagian mendapatkan
satu buah gantungan kunci bergambar Monalisa tersenyum, lukisan terkenal buah
karya Leonardo Da Vinci.
So, mari jadi
bagian dari sejarah untuk bisa memberikan karya terbaik yang dikenang sepanjang
masa dengan MENULIS.
Bacalah, maka kamu
akan mengetahui dunia.
Tulislah, maka
dunia akan mengetahui kamu
(Yandigsa)
terima kasih kehadirannya benar-benar memberi energi semangat baru buat teman-teman FLP Cabang Balam. Keren banget, jangan lelah ya untuk berbagi, tulisan mantaaaaaaap.
BalasHapusMakasih dah mampir, dah ane edit tulisannya mba hehehehehe
Hapus