Buang, Pilih dan Peduli
Di sudut istana di negeri ini, ada ruangan besar penampung segala
mungkin istana atau gedunggedung tua yang membaru diisi silih berganti
miniatur negeriku,
tempat aku, kau, dan semua nafas menghirup udara surga
kata nyanyian purba "tongkat kayu dan batu jadi tanaman"
menghias semua tanah di zamrud khatulistiwa
istimewa
Di lintang semangat yang membujur garis perjuangan
dari percikkan darah manusiamanusia pemberani negeri terbangun
menjadi sejarah paling panjang bila diceritakan
dan teramat perih bila mengingat kelam
sudahlah
Kini ketika perjalanan tiga ratus yang terbilang usai
semua kebebasan tak juga dirasakan puas
masih saja ada penjarapenjara pribumi
terpampang dan memasang diri
adakah kalian tahu?
Dimana busuk itu meyerebak, menggoyahkan pilarpilar rumah
memutarbalikkan makna dari serpihan kebenaran yang tersimpan
diantara puing-puing pilicin yang terus menyogok diri
dari orangorang licik memperkaya dan memperdaya
Tempat pembuangankah surgaku
ketika mata memandang tak seindah cahaya
kemana kaki melangkah demi kehendak nyata
bila semua sampah keburukan mengotori setiap beranda
di rumah kita
Pilihan manakah, bila semua yang dicerna adalah kotoran moral
dari sebagian petinggi memaksa melawan hukum demi kepentingan yang bermewah di setiap ruang yang tersedia
semua hadiah berlabel kegelapan, mungkin juga busuk menguap
pengadaan yang diadakan paksa
bukan hasil yang sempurna
Siapa yang penduli
menyentil jiwajiwa bersih
membersihkan tempat pembuangan
sebagai pilihan
di tempat paling surga
tanah pertiwiku :
Mari buang semua penyalahgunaan wewenang di istana, gedung dan rumah kita
agar kita mampu memilih manusiamanusia pembangun negeri : pilih dengan nurani
Dan peduli dengan segala yang terjadi dengan menindak segala gratifikasi merajalela
yang terus merongrong bangsa satusatu
Tanpa korupsi
Menggala, 08032011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar