Legok Pego, Sekolah Terisolir dan Tertinggal
Mahasiswa KKN di Legok Pego |
Legok Pego adalah suatu tempat yang
berada di desa Nagrak, Paseuh Kabupaten Bandung, yang tepatnya dekat dengan
perbatasan Garut. Tempat ini biasa disebut desa di atas awan karena letaknya
di atas gunung dan satu-satunya desa yang ada di jalan Drawati.
Namun untuk menuju lokasi desa
tersebut aksesnya sangat sulit, dengan jalan yang sangat terjal dan menanjak.
Salah satu jalan untuk menuju desa Nagrak yaitu melalui Jalan Cijapati, lalu
masuk ke Jalan Drawati.
Namun sayangnya warga yang tinggal
di daerah Jalan Cijapati sebagian belum mengetahui Legok Pego karena letak
geografisnya di atas gunung dan hal itu yang membuat pemerintah Kabupaten
Bandung kurang memperhatikan daerah Legok Pego yang aksesnya harus dari
Cijapati Garut lalu masuk ke Jalan Drawati, Kabupaten Bandung.
Hal yang sangat perlu diperhatikan
adalah Sekolah Dasar Negeri Legok Pego, sekolah disana sangat kurang layak
untuk tingkat sekolah negeri di karenakan ruang kelas yang kurang, sumber air
tidak selalu ada di kamar mandi dan guru hanya ada lima orang pengajar yang
statusnya sebagai guru honorer. Guru honorer di sana terkadang tidak bisa
datang ke sekolah untuk mengajar dengan alasan tidak ada uang untuk membeli
bahan bakar kendaraan, kendaraan rusak karena medannya yang cukup berat sehingga
tidak mampu untuk menuju lokasi. Dan jika mengandalkan gaji honorer saja tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup guru, terkadang mereka melakukan pekerjaan
sampingan untuk mendapatkan uang demi kebutuhan hidup.
Siswa bekerja sepulang sekolah |
Siswa pun juga begitu jikalau tidak
ada guru yang mengajar, maka mereka ada yang langsung pergi ke kebun untuk
membantu orang tua berkebun. Dan ada siswa yang sedang belajar sembari membawa
celurit untuk berkebun sepulang sekolah. Pakaian sekolah mereka pun sangat
tidak layak untuk digunakan terus-menerus dikarenakan orang tua siswa tidak
mampu untuk membeli pakaian sekolah, tapi sekalinya ada yang mau membeli
pakaian sekolah para orang tua harus membeli ke Majalaya yang jaraknya sangat
jauh. Terkadang siswa menggunakan pakaian seadanya saja seperti kaos, celana
biasa, dan tidak mempunyai seragam olahraga.
Lulusan SDN Legok Pego rata-rata
menjadi petani dan ada yang menikah di usia dini dikarenakan orang tua tidak
mau terjadi sesuatu jika anaknya pergi ke kebun untuk bertindak yang
tidak-tidak, jadi itu adalah solusi terbaik para orang tua. Pada tahun 2018
hanya ada 4 orang siswa SDN Legok Pego yang meneruskan pendidikannya ke jenjang
SMP, meskipun jarak desa ke SMP sangat jauh, menurut kepala sekolah SDN Legok
Pego perkiraan untuk naik ojek biayanya seratus ribu rupiah karena dilihat dari
medan yang dilalui.
Dengan kesederhanaan mereka tetap semangat belajar |
Jika dilihat dari segi sosial,
masyarakat di sana terkadang mendapatkan kendala sulitnya mendapatkan air
ketika musim kemarau panjang, karena pipa air yang tersedia dilubangi dan di
alirkan ke tempat lain oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Terkadang warga
harus mengambil air menggunakan jerigen ke Cijapati dengan motor. Jika kemarau
panjang warga tidak berkebun, namun hanya menyiapkan lahan untuk persiapan
berkebun disaat hujan nanti.
Kondisi disana Sangat memprihatinkan
jika dilihat dari segi sosial dan pendidikan karena bantuan dari pemerintah
setempat hanya bisa digunakan sebagian kecil untuk pembangunan. Bahkan warga
pun berinisiatif patungan uang dari hasil berkebun pribadi untuk memperbaiki
pembangunan.
Seharusnya pemerintah Kabupaten
Bandung memberikan perhatian khusus pada Desa Nagrak dan SDN Legok Pego karena
ketidak layaknya fasilitas dan sistem pendidikan di sekolah dan fasilitas desa
di sana. Bahkan Kepala sekolah SDN Legok Pego pernah mendengar berita bahwa
seluruh sekolah dasar di Kabupaten Bandung sudah tidak ada yang tertinggal. Hal
itu yang membuat Kepala Sekolah SDN Legok Pego Bapak Engkos merasa tidak enak
hati, padahal buktinya SDN Legok Pego masih tertinggal. Itulah sebabnya mengapa
banyak dari perguruan tinggi melakukan KKN atau pengabdian masyarakat ke Legok
Pego untuk membantu kesejahteraan sekolah dan desa, itu semua karena kurangnya
perhatian dari pemerintah. Dan yang sangat mempengaruhi adalah kurangnya informasi
yang tersampaikan untuk mengetahui bagaimana keadaan Legok Pego, padahal
pemberitaan sudah banyak di terbitkan di media cetak.
Mereka masa depan bangsa |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar