Kamis, 26 September 2019

Legok Pego, Sekolah Terisolir dan Tertinggal


Legok Pego, Sekolah Terisolir dan Tertinggal

Mahasiswa KKN di Legok Pego

Legok Pego adalah suatu tempat yang berada di desa Nagrak, Paseuh Kabupaten Bandung, yang tepatnya dekat dengan perbatasan Garut. Tempat ini biasa disebut desa di atas awan karena letaknya di atas gunung dan satu-satunya desa yang ada di jalan Drawati.

Namun untuk menuju lokasi desa tersebut aksesnya sangat sulit, dengan jalan yang sangat terjal dan menanjak. Salah satu jalan untuk menuju desa Nagrak yaitu melalui Jalan Cijapati, lalu masuk ke Jalan Drawati.




Namun sayangnya warga yang tinggal di daerah Jalan Cijapati sebagian belum mengetahui Legok Pego karena letak geografisnya di atas gunung dan hal itu yang membuat pemerintah Kabupaten Bandung kurang memperhatikan daerah Legok Pego yang aksesnya harus dari Cijapati Garut lalu masuk ke Jalan Drawati, Kabupaten Bandung.

Hal yang sangat perlu diperhatikan adalah Sekolah Dasar Negeri Legok Pego, sekolah disana sangat kurang layak untuk tingkat sekolah negeri di karenakan ruang kelas yang kurang, sumber air tidak selalu ada di kamar mandi dan guru hanya ada lima orang pengajar yang statusnya sebagai guru honorer. Guru honorer di sana terkadang tidak bisa datang ke sekolah untuk mengajar dengan alasan tidak ada uang untuk membeli bahan bakar kendaraan, kendaraan rusak karena medannya yang cukup berat sehingga tidak mampu untuk menuju lokasi. Dan jika mengandalkan gaji honorer saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup guru, terkadang mereka melakukan pekerjaan sampingan untuk mendapatkan uang demi kebutuhan hidup.

Siswa bekerja sepulang sekolah


Siswa pun juga begitu jikalau tidak ada guru yang mengajar, maka mereka ada yang langsung pergi ke kebun untuk membantu orang tua berkebun. Dan ada siswa yang sedang belajar sembari membawa celurit untuk berkebun sepulang sekolah. Pakaian sekolah mereka pun sangat tidak layak untuk digunakan terus-menerus dikarenakan orang tua siswa tidak mampu untuk membeli pakaian sekolah, tapi sekalinya ada yang mau membeli pakaian sekolah para orang tua harus membeli ke Majalaya yang jaraknya sangat jauh. Terkadang siswa menggunakan pakaian seadanya saja seperti kaos, celana biasa, dan tidak mempunyai seragam olahraga.

Lulusan SDN Legok Pego rata-rata menjadi petani dan ada yang menikah di usia dini dikarenakan orang tua tidak mau terjadi sesuatu jika anaknya pergi ke kebun untuk bertindak yang tidak-tidak, jadi itu adalah solusi terbaik para orang tua. Pada tahun 2018 hanya ada 4 orang siswa SDN Legok Pego yang meneruskan pendidikannya ke jenjang SMP, meskipun jarak desa ke SMP sangat jauh, menurut kepala sekolah SDN Legok Pego perkiraan untuk naik ojek biayanya seratus ribu rupiah karena dilihat dari medan yang dilalui.

Dengan kesederhanaan mereka tetap semangat belajar

Jika dilihat dari segi sosial, masyarakat di sana terkadang mendapatkan kendala sulitnya mendapatkan air ketika musim kemarau panjang, karena pipa air yang tersedia dilubangi dan di alirkan ke tempat lain oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Terkadang warga harus mengambil air menggunakan jerigen ke Cijapati dengan motor. Jika kemarau panjang warga tidak berkebun, namun hanya menyiapkan lahan untuk persiapan berkebun disaat hujan nanti.

Kondisi disana Sangat memprihatinkan jika dilihat dari segi sosial dan pendidikan karena bantuan dari pemerintah setempat hanya bisa digunakan sebagian kecil untuk pembangunan. Bahkan warga pun berinisiatif patungan uang dari hasil berkebun pribadi untuk memperbaiki pembangunan.



Seharusnya pemerintah Kabupaten Bandung memberikan perhatian khusus pada Desa Nagrak dan SDN Legok Pego karena ketidak layaknya fasilitas dan sistem pendidikan di sekolah dan fasilitas desa di sana. Bahkan Kepala sekolah SDN Legok Pego pernah mendengar berita bahwa seluruh sekolah dasar di Kabupaten Bandung sudah tidak ada yang tertinggal. Hal itu yang membuat Kepala Sekolah SDN Legok Pego Bapak Engkos merasa tidak enak hati, padahal buktinya SDN Legok Pego masih tertinggal. Itulah sebabnya mengapa banyak dari perguruan tinggi melakukan KKN atau pengabdian masyarakat ke Legok Pego untuk membantu kesejahteraan sekolah dan desa, itu semua karena kurangnya perhatian dari pemerintah. Dan yang sangat mempengaruhi adalah kurangnya informasi yang tersampaikan untuk mengetahui bagaimana keadaan Legok Pego, padahal pemberitaan sudah banyak di terbitkan di media cetak.

Mereka masa depan bangsa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar