Selasa, 24 Oktober 2017

Legenda Meriam Puntung Di Medan


Kalian pernah ke Kota Medan? Sudah pernah berkunjung ke Meriam Puntung?. Jangan mengaku ke Kota Medan kalau kalian belum pernah mengunjungi salah satu tempat wisata sejarah yang bersebelahan dengan Istana Maiumun ini yaitu Meriam Puntung.


Kenapa disebut dengan nama Meriam Puntung? Puntung atau dalam bahasa setempat yang berarti Buntung, karena kondisi Meriam yang buntung inilah makanya orang menyebutnya Meriam Buntung. 

Dibalik namanya yang masyhur ternyata ada sebuah legenda yang melatarbelakanginya. Menurut hikayat, Meriam Puntung adalah jelmaan Putri Hijau yang sangat cantik jelita dari kerajaan Haru yang memerintah sekitar tahun 1594 M. Kala itu seorang Sultan dari Aceh yang menganut agama Islam berniat hendak meminang sang Puteri, namun ditolak.
Meriam Putung yang dikeramatkan

Sultan Aceh mengirimkan Panglima Gocah untuk menyerang kerajaan Haru, meskipun menemui kegagalan karena benteng kerajaan haru sangatlah kokoh. Sang Panglima tidak kehilangan akal, ia melemparkan uang koin emas murni yang pada akahirnya pasukan kerajaan Haru tercerai berai sibuk berebut uang emas. 

Pertahanan terakhir yang dimiliki Kerajaan Haru adalah Meriam Putung yang pada akhirnya juga Meriam Putung terbelah dua akibat terlalu panas. Pecahan Meriam Puntung terpental hingga ke Kampung Sukanalu, Sementara Pecahan yang lainnya berada di pelataran Istana Maimun.


Meski pun mempunyai dua cerita yang berbeda, Hingga kini legenda mengatakan bahwa Puteri hijau dibawa oleh Kakak kandungnya yang berubah menjadi seekor Ular raksasa dan dibawa kesebuah negeri bawah Laut di Pulau Berhala.


Beberapa Orang Percaya Bahwa Bisa Mendengar Suasa Mencekam dari Meriam Putung

Hingga saat ini banyak wisatawan yang berkunjung sekedar melihat wujud Meriam Putung, bahkan ada juga wisatwan dan penduduk setempat yang percaya bahwa menziarahi Meiam Putung bisa membawa suatu keberkahan tersendiri

Sumber :
1. wikipedia dan berbagai sumber yang disajikan secara berbeda
2. Foto dan video koleksi pribadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar