Kamis, 19 November 2015

Banyak Orang Gila Di Liwa



Banyak Orang Gila Di Liwa
Sekitar kurang lebih 10 tahun yang lalu, saya pernah mengunjungi Lampung Barat yang beribukotakan di Liwa. Kabupaten hasil dari pemekaran dari Kabupaten Lampung Utara pada tanggal 16 Agustus 1991 ini merupakan kota kenangan yang pernah saya singgahi. Liwa daerah yang cukup dingin buat saya yang biasa di daerah panas. 

Mungkin kalian heran, mengapa judul tulisan ini mengatakan bahwa banyak orang gila di Liwa. Hal ini sangat amat benar saya katakan. Sejujurnya, saya takut juga memposting tulisan banyaknya orang gila di Liwa. Sungguh bila kalian ngobrol dengan orang Liwa bisa-bisa gila. Hahahhhha, ternyata eh ternyata sesekali ketika berbicara orang Liwa menggunakan bahasa setempat pasti kerab kali menyertai kata Gila, misalnya dang gila (Jangan). Jadi kata gila itu adalah penghias saja, seperti kita menyatakan jangan gitu donk. Hehhehhhe, jadi jangan heran ketika ada orang Liwa menyapa kalian seperti ini “Haga dipa gila” (mau kemana). Ahhhh lupakan soal kata gila, karena sejatinya saya bukan ingin menceritakan hal ini. Hanya intermezzo saja. Sapo gila sai sikop ano, yandigsa. Hahahahhha

Jum’at, 13 November 2015
 
Banner Acara
Berkesempatan hadir dalam acara Apresiasi Bahasa dan Sastra dalam memperingati  Bulan Bahasa di SMAN 1 Sukau, Lampung Barat. Saya dan Udo Z. Karsi diundang sebagai pengisi diskusi dengan tema “Pelajar dan Kebangggan Akan Menulis”. Sungguh, ini pengalaman yang liarrrr biasa buat saya bisa berdiskusi bareng Udo Z. Karsi yang pengalamannya sudah banyak. Agak ngeri-ngeri sedap ketika ditanya Udo, saya sudah mempersiapkan bahan materi tidak buat acara diskusi, sedangkan beliau sudah mempersiapkannya dalam bentuk power point. Sehari sebelumnya pun, Ahmadi selaku panitia acara menanyakan hal yang sama. Jlebbbbb, makin deg-deg syerrrrr saja dibuatnya. Tapi saya yakin dan percaya diri saja dan bilang bahwa saya tidak menyiapkan materi. Hmmmmm ya ngalir saja. Tapi ini menjadi catatan saya bahwa seharusnya saya juga menyiapkan materi kelak ketika diundang lagi. 
 
Tiga Siswi Pemandu Acara
Acara diskusi ini sungguh buat saya keder juga, demam panggung euy. Ramai yang hadir dari kalangan siswa sampai dengan guru-gurunya. Makasih Uwo Eva Oktarina selaku Kepala Sekolah SMAN 1 Sukau, Lampung Barat yang telah mempercayakan saya untuk turut ambil bagian dalam diskusi kali ini. Acara dibuka oleh 3 Siswi yang unyu-unyu selaku MC. Meski ada kejadian mati listrik, tetapi masih tetap berjalan lancar. Alhamdulillah.

Acar dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Dengan penuh hikmat saya pun ikut larut menyanyikannya, hmmm ada satu hal yang perlu kalian tahu, tiap kali saya menyanyikan lagu-lagu yang berbau kebangsaan, pasti saya begitu antusias dan bangga menyanyikannya, sampai saya merinding dibuatnya. Selanjutnya ada Tari Tanggai dari Sanggar Batu Katay SMA N 1 Sukau. Tari Tanggai ini sebagai penghormatan dan ucapan selamat datang kepada tamu. Wuiihhhhh, resmi banget acaranya, saya serasa jadi pejabat dadakan. Gila benerrrr dah.  Sambutan oleh Kepala Sekolah SMAN 1 Sukau, Ibu Eva Oktarina dan sambutan sekaligus membuka acara oleh Kepala UPTD Bapak Hi. Mazkur. Ada pembacaan puisi berbahasa Lampung yang dibawakan oleh Elya Fransiska berjudul “Pekonku”. Carrissa Noviyandari, Juara 2 Solo Song Puteri Sekala Brak II 2015 menghibur membawakan lagu “Keliru” miliknya Ruth Sahanaya.
Tari Tanggai

Penyambutan Tamu


Penyambutan Tamu

Sambutan dari Kepsek SMA N 1 Sukau Oleh Ibu Eva Oktarina

Sambutan dan Pembukaan Acara Oleh Bapak Hi. Mazkur

 
Tampak Belakang

Tampak Depan


Waktu terus bergulir, diskusi dimulai. Anah gilaaaaaa, saya makin deg-degan. Ahmadi selaku moderator menanyakan kepada peserta yang hadir dalam acara diskusi. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tentunya yang berkaitan dengan menulis. Ada yang bertanya,  Kenapa sih kita harus menulis?, Ide yang didapat untuk bahan menulis dari mana?, Bagaimana sih mengatasi hambatan dalam menulis?,  Buku apa saja yang harus kita baca untuk jadi seorang penulis?, Suka dukanya jadi seorang penulis itu apa saja?
Menjelaskan sesuatu

Udo Z. Karsi berselfie ria di sela-sela acara diskusi berlangsung

Ahmadi Sang Moderator

Menjawab pertanyaan

Hadiah bagi penanya pertama

Bincang hangat

Bagi-bagi hadiah lagi

Kepsek SMA N 1 lagi curhat

Lumayan dapat hadiah buku

Secara bergantian saya dan Udo Z. Karsi memberikan jawaban. Kalau saya pribadi, menulis itu bukti hidup, artinya ketika kelak kita telah meninggalkan dunia fana ini, tulisan kita masih bisa dibaca oleh khalayak ramai. Menulis juga menjadi ladang amal jariyah, maka tulislah hal yang baik dan bermanfaat untuk orang lain. Masalah ide untuk bahan menulis, kita bisa mendapatkan dimana saja. Tentunya ide itu ketika datang maka cepatlah kita catat, tujuannya adalah pada saat kita punya waktu luang bisa mengembangkannya lagi atau baiknya adalah ketika ide itu datang maka cepatlah menuliskannya. Mengatasi hambatan menulis biasanya tiap penulis berbeda-beda, kalau saya pribadi ketika mandek ya saya tinggalin beberapa saat lamanya, bersantai sejenak atau apa pun yang pada akhirnya membuat kita fresh kembali. Ilmu menjadi seorang penulis adalah membaca berbagai bahan bacaan dan menulis tentunya, itu wajib dilakukan. Masalah suka dukanya menjadi penulis buat saya pribadi tidak ada, itu saja.
Ruangan penuh

Anusias yang liar biasa

Anak-anak gila ilmu, kerenkan?

Karena itu, menulislah supaya tidak gila! (Udo Z. Karsi). Nah kan ada kata gila lagi yang muncul dari orang Liwa satu ini. Hehehhehhhee. Kurang lebih 3 jam kami mengisi acara diskusi ini, saya dan Udo Z. Karsi sebagai narasumber merasa kami yang seharusnya juga belajar dan menggali ilmu dalam acara diskusi ini. Oiya ternyata banyak sekali potensi yang ada di SMAN 1 Sukau ini, selain acara diskusi, pada hari yang sama sekolah sedang mengadakan acara rutin yaitu Pentas Seni (Pensi). Ada lomba baca puisi, ada lomba menyanyi, lomba majalah dinding dll. Saya sempat menyaksikan lomba menyanyi ketika saya ijin buang air kecil. Wah ternyata gila juga anak-anak ini pikir saya, gimana gak gila, pentas lomba menyanyinya diadakan di lapangan tempat biasa upacara bendera dilaksanakan. Matahari lumayan terik, meski di Sukau atau Liwa pada umumnya, cuacanya gak terlalu panas. Tapi lumayanlah buat keringatan hehehhhe.Hhmmmm banyak bibit yang bisa ditampilkan kepermukaaan. Bahkan Ahmadi bercerita pada saya dan Udo, bahwa dia telah mengumpulkan 200 lebih puisi berbahasa Lampung yang ditulis oleh siswa-siswinya. Nah saya sarankan kepadanya untuk membukukan puisi-puisi tersebut. Siapa tahu kelak dapat penghargaan Rancage Award.


Rame-rame Part I


 
Rame-rame Part II
Acara selesai sebelum Sholat Jum’at terlaksana. Oiya, ada yang saya suka sekali di SMA N 1 Sukau ini yaitu mewajibkan murid laki-lakinya untuk melaksanakan sholat jum’at berjamaah di Masjid sekolah. Bagi yang tidak ikut sholat, maka hukuman akan menanti. Hukumannya unik dan mendidik yaitu membawa tumpukkan batu dari sungai. Oiya, di area SMA N 1 Sukau terdapat sungai, kerenkan. Batu-batu yang dikumpulkan siswa-siswa tersebut bahkan pernah digunakan untuk mendirikan pondasi bangunan di sekolah mereka sendiri. Nah ini termasuk amal jariyah, kerenkan.

Kotabumi
Jum'at, 20 November 2015

Catatan
1. Foto-foto koleksi Eka Fendiaspara Alliwa dan koleksi pribadi Yandigsa 
2. Sebenarnya ada video Tari Tanggai, Puisi Lampung dan Lagu dari Carissa tapi gag bisa upload 
3. Deadline terakhir hari ini bagi siswa yang hendak mengirimkan review acara ini

3 komentar: