Selasa, 07 April 2015

Resensi Novel "Sepi Sendiri" Karya Fakhira Akasia



Menyepi Karena Dia

Judul Buku      : Sepi Sendiri
Penulis             : Fakhira Akasia
Penerbit           : Tunas Gemilang Press
Tahun Terbit    : 2011
ISBN               :978-6028-816-42-7
Tebal Buku      : 100 hlm
Ukuran            : 17,5 cm
Harga              : Rp. 20.000,-

Acapkali kita sering mendengar atau mengetahui tentang prilaku bejat orang disekeliling kita, bahkan terkadang prilaku bejat itu bisa terjadi di lingkungan yang tidak kita duga sama sekali. Prilaku mulai kekerasan fisik, kekerasan psikologis, kekerasan seksual, hingga penelantaran dalam rumah tangga  terjadi dimana-mana, bahkan terjadi di ruang lingkup rumah kita sendiri. Kita sering menyebutnya sebagai Kekerasan Rumah Tangga (KDRT) yang  akhir - akhir ini ramai dibicarakan orang. Korban yang paling banyak menjadi sasaran KDRT adalah perempuan. Berdasarkan data Komnas Perempuan, pada tahun 2012, sedikitnya ada 8.315 kasus dalam setahun. Jumlah itu mengalami peningkatan di tahun 2013 yang mencapai 11.719 kasus atau naik 3.404 kasus dari tahun sebelumnya. Banyak sekali penulis-penulis yang coba mengangkat cerita fiksi yang diambil dari realita kehidupan yang terjadi di negeri ini, mereka mengemasnya dalam tatanan cerita yang menyentuh dan sarat makna. Novel dengan 100 halaman yang berjudul Sepi Sendiri ini pun mengisahkan seorang perempuan yang Bernama Aura.


Aura, itu namaku. Ini aku ada, lahir dan tumbuh di bawah tumpukkan hujan, luka dan juga rasa sepi. Ketakutan dalam benak, merajalela disetiap usia yang datang silih berganti memeluk diriku. Membekas, begitu sulit dihilangkan. Layaknya noda yang telah berkarat karena bertahun-tahun lamanya. Dan rasanya sungguh teramat sakit (Halaman 34).

Aku hanya bisa menangis sambil menahan rasa sakit yang membakar diantara selangkanganku. Tenagaku hampir habis setelah sebelumnya berseteru dengan nasib buruk yang mengancamku, dan aku pun kalah. Dalam kondisi mabuk, laki-laki itu telah melakukannya. Dia memaksaku. Dia telah mengambilnya dengan kasar. Dia menghabiskan semuanya. Dia lumat keperawananku seperti binatang yang kelaparan. Aku memohon dengan sangat kepadanya agar dia tidak melakukan perbuatan bejatnya itu kepadaku. Tapi dia sama sekali tidak peduli. Dia telah dibutakan oleh nafsu busuknya. Dia lupa kenyataan bahwa aku masih darah dagingnya sendiri (Halaman 75-76).

Perbuatan terkutuk yang dilakukan oleh ayah kandungnyalah yang menjadikan Aura sebagai pribadi yang pendiam bahkan cenderung misterius. Kekerasan seksual yang dilakukan ayahnya ternyata memberi dampak yang sangat besar bagi diri Aura, dampak psikologis yang menjadikannya trauma dan asik menyendiri dengan dunia sendiri, merasa sakit yang tidak bisa digambarkan, dan merasa orang terhina dalam pandangan orang lain.

Sisa malam itu kuhabiskan dengan meratapi nasibku. Aku tidak bisa tidur. Rasa sakit, pedih, serta benci terus menerus mengoyak-oyak dadaku. Pikiranku begitu kalut. Aku tidak tahu harus bagaimana. Semua ini rasanya sudah berakhir, hancur lebur, remuk. Sepertinya aku tak sanggup lagi menerima segala kenyataan hidup ini. Gelap, gelap, dan gelap. Lebih sakit dari semua penderitaan yang selama ini kuterima. Kini arah yang kutuju tak lagi terang (Halaman 77).

Korban kekerasaan sesksual bahkan kehilangan percaya dirinya untuk tetap melanjutkan hidup, ada kemungkinan gila ataubunuh diri. Dampaknya secara psikologis sangat berbahaya. Di lingkungan sosial masyarakat korban kekerasaan seksual merasa dirinya kotor dan hina. 

Seperti kebanyakan novel yang ada, pasti terselip unsur cinta. Yah cinta berperan menghidupkan sebuah cerita yang penulis gali. Dalam novel berbentuk saku ini pun menceritakan sebuah cinta yang tak biasa dan lahir dari kesunyiian yang menyergap hati dan datang bertubi-tubi tanpa ampun. Adalah seorang pemuda yang bernama Akasia telah jatuh cinta pada kesunyian, kesedihan, kesepian, kemisteriusan yang ada pada diri Aura. Semua hal ganjil di mata orang lain hal yang aneh, justru di mata Akasia hal itu adalah yang mampu menarik hatinya dalam pusaran gelombang asmara. Meskipun pada awalnya Akasia pun tak tahu apa yang terjadi dalam hatinya. Kedekatan mereka terjadi ketika Aura menyendiri dan menangis di bawah guyuran hujan. Rupanya hujan menjadikan cerita keduanya berubah, dari teman biasa menjadi teman yang istimewa.

Aku merasa aneh saja. Saat banyak orang memilih untuk menjauhiku, disaat mereka meninggalkanku sendirian tanpa mau tahu apa yang sebenarnya terjadi, kau malah datang kepadaku dengan tiba-tiba.. kau datang ke dalam hidupku tanpa memberi sedikit pun alasan mengapa kau mau melakukannya.kau selalu ada disaat aku merasa sepi. Kau ada disaat aku tengah menangis. Kau ada disaat aku sedang membutuhkan seseorang untuk mendengar. Kau, melakukan banyak hal yang membuat aku merasa begitu berarti (Halaman 72).

Jika cintamu tak terbalas, atau ketika cintamu dikhianati, atau ketika rasamu dibohongi, tetaplah disini, ditempatmu. Sebab, Tuhan punya cinta yang lebih baik buat kita (Halaman 91).

Ketika Aura menghilang tanpa kabar, Akasia begitu terpukul. Berhari-hari ia mencari tahu informasi tentang dimana keberadaan Aura. Invetigasi dilakukannya di depan rumah Aura dari pagi hingga malam, tetap saja hasilnya nihil. Akasia juga mengunjungi tempat-tempat biasa mereka berdua selalu berbagi cerita, tapi semua yang dilakukannnya sia-sia.

Hingga pada suatu hari yang masih pagi,dua minggu sebelum ujian nasional digelar, wali kelas menemui kami dan mengabarkan kalau ternyata Aura kabur dari rumah (Halaman 83).

Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Setelah larut dalam kesunyiian yang menguasai hati, pada akhirnya Akasia mendaptkan kenyataan yang sangat membuat hatinya benar-benar terpukul. Rasa bersalah menggunung di atas pundaknya. Menyesal kenapa dulu dia tak bisa mempertahankan perasaanya pada Aura. Menyesal ketika pengembaraannya dari Jawa hingga ke pulau Sumatera membuat hatinya kembali dihantui kesepian yang amat sangat tatkala melihat gadis yang selama ini selalu menghias mimpi-mimpinya, gadis dimana dia selalu terpaku memikirkannya. Gadis yang sangat dia rindukan. Di Palembanglah semua cerita cinta itu berakhir.

Novel yang ringan dibaca dan mungkin dalam satu hingga dua jam membacanya akan selesai ini menyajikan cerita cinta yang sederhana, meski tak sesederhana dampak psikis yang diderita tokoh Aura ini cukup layak untuk menjadi koleksi perpustakaan pribadi. Bagaimana kisah cinta antara Aura dan Akasia pada akhirnya? Jawabanya ada dalam novel “Sepi Sendiri”. 

Kritik juga layak disematkan dalam novel ini yaitu banyaknya kesalahan pengetikan teks dan penempatan tanda baca yang tidak sesuai. Ada juga kesalahan fatal yang mengganggu keasikan pembaca untuk menyelesaikan halaman demi halaman yang ada dalam novel ini yaitu pada halaman 33, meskipun ada pengganti yang diselipkan dalam buku ini.

Kotabumi, 07 April 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar