Minggu, 07 April 2013

Resensi Buku : Dongeng Kehidupan Bagi Perempuan Langit



Judul            : Perempuan Langit
Penulis         : Naqiyyah Syam, Uda Agus, dkk
Tata Letak    : Soega
Desain Cover: Alam Terkembang
Penerbit       : Soega Publishing-Jawa Timur

DongengKehidupan Bagi Perempuan Langit

Kehidupan manusia sungguh penuh dengan warna dan rasa, terkadang manis terkadang pahit. Perjalanan hidup pun beragam, ada jalan lurus, ada jalan berkelok atau bahkan jalan itu penuh onak dan duri. Sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh tuhan, seyogyanya manusia mampu memilih antara yang baik dan benar. Tujuan hidup manusia jugas udah jelas ditentukan oleh Sang Pencipta. Tinggal bagaimana kita menyikapi kehidupan yang fana ini.




Hidup juga ibarat dongeng yang bisa saja diciptakan sendiri oleh manusia. Kita bisa saja menentukan beragam pilihan hidup. Seperti bagaimana yang diceritakan salah satu cerpen yang berjudul Perempuan Langit dalam buku ini. Alkisah ada seorang perempuan gondrong, begitu Alizar Tanjung menuliskan nama tokohnya, yang datang untuk mendengarkan cerita-cerita yang bisa juga diartikan sebagai dongeng tentang seorang perempuan yang kehidupannya penuh misteri. Ini terlihat begitu lamanya perempuan langit mencari arti kehidupan seperti dikutip penulisnya sendiri “Sepuluh tahun, sepuluh waktuperjalanan perempuan, sepuluh macam hitung dua belas bulan pertahunan”


Dalam kumpulan cerpen ini juga beberapa penulisnya mengangkat tema sosial, religi dan bagaimana menyikapi hal-hal yang berbau adat kebudayaan atau kebiasaan-kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat. Tema sosial bisa kita baca dalam cerpen berjudul “Koin Laut” yang menyeritakan bagaimana kehidupan sosial anak-anak yang hidup dipinggir pelabuhan Bakauheni. Anak koin biasa orang menyebut mereka. Bagi anak-anak koin ini mencari uang sangatlah susah, mereka harus rela terjun kelaut hanya demi mengumpulkan koin demi koin sebagai sumber mata pencaharian mereka. Penulisnya Sinsin Nobai, berhasil membingkai kejadian ini dalam satu cerpen yang apik.

Ketika manusia masihd alam alam rahim, Allah telah menentukan tiga hal bagi manusia yaitu jodoh,rejeki dan kematian. Memasuki ranah ini ternyata penulis-penulis yang tergabung dalam buku ini tidak mau melepaskan kesempatan emas untuk merengkai cerita yang sungguh membuat siapa saja yang membacanya akan berdecak kagum.

Cerpen miliknya Yulmaida Al Mantani yang berjudul “Lelaki Cangkul” misalnya, menceritakan kegigihan seorang laki-laki dalam mencari jodoh terbaik buat dirinya tanpa mengenal rasa lelah sedikit pun. Lelaki cangkul ini giat mengejar jodoh demi menyempurnakan separuh agamanya. Kendati pada akhrinya ia pun tidak mendapatkan jodoh dalam hidupnya, karna gadis yang hendak dipinang olehnya ternyata keburu dipanggil oleh Sang Penciptanya. Yah ternyata lagi-lagi mengenai Jodoh, rejeki dan kematian hanyalah Allah SWT yang mengaturnya.

Sungguh Buku kumpulan Cerpen ini layak dibaca dan diapresiasi oleh banyak pembaca. Mengangkat tema kehidupan dengan kearifan lokal yang kental, pembaca akan dibawa keberbagai daerah yang ada di sumatera mulai dari Nanggro Aceh Darussalam, Sumatera Barat,Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan hingga Lampung.

Layaknya sebuah pusaka yang sakti, bolehlah buku ini menjadi bahan penambah pengetahuan kita tentang pelosok-pelosok Indonesia, khususnya Sumatera. Selamat membaca.

BandarJaya, 7413

2 komentar: