Senin, 17 Desember 2012

Setiap Tempat Punya Cerita - Yandigsa

Minggu Pagi Di Tabek Indah



Ba’da Subuh. Matahari masih menyusun cahayanya satu-satu atau sedang mandi, sehingga belum juga ia menampakkan diri. Kutelusuri jalan kecil, tujuanku pagi ini adalah stasiun kereta api Kotabumi. Lampu-lampu rumah penduduk belum dipadamkan, tadi hari memang masih menyimpan kelam. Bergegas kulangkahkan kaki menuju stasiun yang jaraknya memerlukan sekitar lima menit dengan berjalan kaki dari rumahku. Aku tak ingin tertinggal.

Sesampainya di stasiun, ternyata pintu gerbang utama belum juga terbuka. Terpaksa aku harus berjalan sedikit kesamping agar bisa masuk dan duduk di kursi tunggu yang ada di stasiun ini. Sepi, hanya beberapa orang saja yang tampak dalam deretan tempat duduk di ruang tunggu. Jadwal weekend-ku kali ini adalah ingin menyegarkan pikiran dengan berkunjung ke salah satu tempat rekreasi keluarga yang ada di Kabupaten Lampung Selatan, tepatnya di daerah Natar. Sebelumnya, dengan iseng dan tanpa rencana aku menghubungi seorang sahabat penulis di kota Bandar Lampung. Awalnya aku menanyakan apakah bisa aku meminta bantuan untuk dibelikan tiket seminar menulis yang diadakan oleh Birohmah Unila. Tetapi tanpa di duga beliau memberikan opsi lain yaitu ikut rombongan komunitas menulis Forum Lingkar Pena Wilayah Lampung yang mengadakan pertemuan di Tabek Indah. Awalnya sempat ragu untuk bisa hadir, sebab aku bukan anggota club kepenulisan populer tersebut.


Satu-dua penumpang lain berdatangan meski tidak banyak. Matahari mulai sombong meski kemunculannya di balik pohon-pohon rindang yang terlihat berjejer dari kejauhan. Seolah dia berkata bahwa “minggu ini aku hadir untuk kalian, rasakan panasnya”. Keringat pertama jatuh dari dahiku, sudah hampir sejam aku menunggu tetapi kereta yang kutunggu belum juga datang. Aku mulai resah, pasalnya jadwal pertemuan yang akan di gelar pukul delapan pagi ini. Informasi terakhir yang kudengar dari seorang Polisi Khusus Kereta Api mengatakan bahwa setengah jam lagi kereta tiba.

Akhirnya yang ditunggu datang juga, tak banyak penumpang yang turun di stasiun ini. Padahal ini hari libur, tetapi kursi duduk kereta masih banyak yang kosong. Dengan mudah aku mendapatkan tempat duduk. Aku memilih kursi single dan kosong. Tanpa teman. Sialnya lagi entak kenapa BB ku pagi ini mati. Alamat kekesalannya adalah aku tidak bisa online on mobile. Tidak bisa membaca recent updates, tidak bisa buka twitter, facebook dan yahoo massangger juga hal lainnya yang seharusnya aku bisa senang-senang dalam kereta. Beberapa menit kemudian kereta melaju kencang, sedangkan aku masih terguncang eeeehhh salah, masih terbengong tanpa kawan.

Dengan malas, kubuka hp dan melayangkan pesan singkat untuk Mba Naqy. Menanyakan apakah bisa jam sembilan kumpulnya, karena aku telat. Tanpa lama beliau menjawab bisa. Sms berlanjut.

“Kumpul dimana mba di unilanya”

“Kalau jam sembilan langsung ke lokasi saja, coba hubungi Shinja 0856xxxx”

Secepat kilat sms kulayangkan pada Shinja. Tetapi lama sekali balasannya. Akhirnya aku bertanya lagi dengan Mba Naqy untuk bisa ke lokasi naik mobil apa dan di jawab oleh beliau “Naik angkot. Coba tanya ke Lego. Aku mau ke bidan dulu. Faris luka”

Sebenarnya aku masih trauma bila harus menghubungi Lego, karena kejadian yang sudah-sudah selalu saja susah untuk membalas sms atau bahkan mengangkat telpon dan parahnya lagi bila hp-nya ngomel-ngomel seperti ini “Maaf nomor yang ada tuju bukan nomor togel” aiiihhhhh kesel dah. Tetapi tak urung kulayangkan juga pesan singkat buat Lego.

“Abang lagi dalam kereta neh. Masih kumpul di unila atau sudah jalan ke Tabek?”

Hp-ku hening. Suara dentum kereta yang nyaring seakan hendak meruntuhkan gendang telinga.

“Kurang tahu bang, teman-teman katanya kumpul di PKM. Aku nanti nyusul ke Tabek jam 9”

Akhirnya aku bertanya nomor siapa yang bisa aku hunbungi, lego menyarankan menghubungi Mba Naqy. Tetapi setelah aku jelaskan bahwa beliau sedang mengantarkan Faris yang sedang terluka, akhirnya Lego memberikan no hp Shinja. Aku urung menghubungi Shinja, karena sms-ku yang pertama saja belum ada balasa. Aku tanya dengan Mba Naqy, lalu beliau memberikan no hp Jarwo. Pesan singkat berakhir setelah aku sampai ke Unila.

***
Dalam bayanganku sebelumnya, acara pertemuan ini akan dihadiri banyak kader. Jiahhhh ternyata hanya beberapa peri kecil-kecil berjilbab yang hampir semuanya adalah orang belum aku kenal. Satu orang yang wajahnya sepertinya aku kenal dan sudah beberapa bertemu, yang pada akhirnya aku tahu bahwa peri kecil berjilbab coklat itu bernama Shinja. Setelah berbincang sebentar dan memutuskan untuk mencari mobil angkot yang bisa mengantarkan kami semua ke lokasi, akhirnya angkot di dapat dengan harga Rp. 40.000,- dengan jarak tempuh antara unila menuju Tabek Indah sekitar kurang lebih 15 menit.

Tabek Indah nama yang sudah lama aku dengar, tetapi jujur baru kali ini aku bisa mengunjunginya. Kampung Wisata Tabek Indah terletak di Kecamatan Natar Lampung Selatan. Tabek Indah merupakan tempat wisata yang mengambil tema wisata kampung dengan berbagai wahana didalamnya. Disana terdapat wahana Outbound, Waterboom, Kolam Pemancingan, dan tentunya cottage yang dapat disewa untuk bermalam. Ada arena out bond dan juga flying fox dengan biaya murah hanya Rp. 15.000,- . Bagi yang suka berenang disini juga ada fasilitas Waterboom dengan berbiaya masuk Rp. 20.000,-

Usut punya usut yang jujur membuat aku kusut (agak lebay dikit) ternyata ini agenda kelas menulisnya Forum Lingkar Pena sekaligus merayakan Milad ke 12. Kelas menulis kali ini adalah bagaimana menulis puisi dan membaca puisi. Pengin tepok jidat rasanya atau menggaruk sekencang-kencangnya rambut yang tidak gatal bila harus disuruh baca puisi. Jiahhhhh jujur gak bias baca puisi. Menulisnya iya hehehehe. Acara kelas menulis berjalan lancer setelah sang moderator memimpin.
Tanpa persiapan apa pun, akhirnya aku di dampuk untuk menjadi pengisi materi tentang puisi menemani Jarwo dan Desma. Tak ada persiapan, alhasil aku asal ngomong saja sesuai dengan pengalamanku sendiri. Pengertian puisi itu apa?. Jawab sendiri yah malas menerangkan disini hahahaha.

Pertanyaan banyak mengalir dari peserta yang hanya beberapa orang saja ini. Ada yang bertanya kalau mandek nulis harus seperti apa?. Nah aku jawab ngasal “Ya tinggalkan saja”. Ada yang tanya car abaca puisi yang baik itu bagaimana? Nah kali ini aku nyerah. Yang menjelaskan untuk menjawab Jarwo dan Desma. Aku diam cengengesan. Hehehhehe. Pembicaraan ini jadi hangat dan penuh semangat, sampai sengatan sinar Matahari siang ini begitu panas tidak terasa bagi kami semua yang duduk melingkar di tanah tanpa alas apa pun. Duhhhhh konyol dan bahagia tapi.

Acara puncaknya adalah perayaan Milad FLP Wilayah Lampung ke-12. Jujur miris sebenarnya perayaan kali ini. Aku sudah beberapa kali mengikuti acara milad FLP meski aku bukan anggota. Acara milad yang ini benar-benar miskin acara banget (hahaha peace), jangan marah dulu. Begini FLP itu hebat, tetapi hari ini aku rasa anggota FLP Lampung lainnya (dengan alasan apa pun tidak bias hadir) tidak semangat menyambutnya. Jadi ya sepi dan sederhana. Tetapi dari hatiku yang dalam, aku bahagia. Setidaknya aku silaturahim dan mengenal orang-rang baru. Hal ini menjadikan pikiranku segar kembali setelah seminggu dengan rutinitas yang membosankan di kantor.

Sepertinya acara ini tidak akan menarik dan heboh tanpa adanya hadiah. Tiap kali aku mengikuti lomba kepenulisan yang paling utama selain mengasah menulis tentunya aku melihat hadiahnya terlebih dahulu. Jujur sangat bukan?. Nah kali ini pun dalam rangka Milad FLP Wilayah Lampung dalam kelas menulis puisi ini juga memperebutkan hadiah meski hadiahnya ya sederhana juga. Tetapi demi menyulut api dalam diri rekan-rekan anggota, aku memberikan hadiah satu buah buku masing-masing kepada para pemenang dalam kelas menulis ini. Dan lomba yang diadakan adalah menulis (mencipta) puisi dan membacakannya. Aku mendapatkan kehormamatan besar menjadi jurinya. Sebelum lomba di mulai aku menyempatkan diri untuk menulis puisi sederhana yang kutujukkan untuk milad FLP Lampung kali ini, berikut puisinya :

Cahaya Kecil

Ketika lilin kecil tak mampu menyinari
Yakinlah cahaya matahari siang jadi berkah sendiri
Bukan tepuk tangan yang riuh rendah
tapi seribu do'a yang membahana

Sahabat, hari ini ucapan tak lagi bermakna
Bila hati-hati kita tidak bersatu
Jadilah cahaya kehidupan
Yang terus menerangi langkah kecil kita

Tabek Indah, 16 Desember 2012



Setelah lomba menulis dan membacakan puisi yang diikuti oleh sekitar 6 peserta, aku berjanji akan memberikan pengumuman siapakah yang pada akhirnya mendapatkan buku kenang-kenangan dariku yang akan aku umumkan di akun pribadiku. Dan inilah para pemenangnya

  1. Sebentuk Hati by Hani
  2. Sederhana Penuh Arti
  3. Menelusuri Gelap


Selamat kepada para pemenang, semoga kalian terus menciptakan karya terbaik kalian dan buat yang belum beruntung jangan berkecil hati yah. Kalian semua adalah inspirasiku pada Minggu Pagi Di Tabek Indah. Sungguh.

Bandar Jaya, 17 Desember 2012





Tidak ada komentar:

Posting Komentar